Selasa, 20 Januari 2009

Apa Itu Partai Islam Para Blogger? (3)

Jadi, menurut yang Anda baca dan dengar, demokrasi bukan jawaban yang tepat untuk mencapai tujuan hakiki kemanusiaan? Menurut Anda, di mana letak kelemahan demokrasi?

Seperti biasa. Sesuatu yang dianggap hebat, kelemahannya justru terletak pada kehebatannya sendiri!

Wah, pernyataan yang sangat menarik! Coba jelaskan apa yang Anda maksud!

Kehebatan demokrasi itu kan jelas terletak pada dalil bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat untuk rakyat. Dalam kenyataan, yang "dari rakyat" itu apa?

Suara!

Ya, suara. Dan suara ini berarti kekuasaan. Suara rakyat diberikan kepada wakil mereka. Wakil mereka lalu menyerahkan kepada para eksekutor dalam bentuk mandat (tugas; komando; perintah), dan selanjutnya kaum eksekutif (pemerintah) menghadapkan kekuasaan itu kepada siapa? Kepada rakyat kan? Jadi, dengan sistem demokrasi, rakyat itu ibarat memberikan senjata kepada para wakil mereka (legislatif), yang kemudian oleh kaum eksekutif senjata itu ditodongkan, dan kadang malah ditembakkan secara langsung kepada rakyat sendiri. Jadi senjata makan tuan kan?

Wah, Anda keterlaluan! Terlalu sinis!

Apa yang keterlaluan? Apa yang terlalu sinis? Kita sudah mencoba demokrasi berkali-kali. Mulai dari demokrasi liberal, demokrasi terpimpin di masa Sukarno; kemudian demokrasi terkendali di zaman Suharto; lalu demokrasi liberal lagi di era reformasi. Hasilnya bagi rakyat apa? Kekuasaan yang mereka amanatkan kepada para wakil dan mandataris itu toh malah dihadapkan kepada rakyat sendiri!

Buktinya?

Rakyat tetap sulit mendapatkan hak-hak mereka. Mereka yang oleh demokrasi diagung-agungkan sebagai pemilik kekuasaan itu, kenyataannya malah lebih sering menjadi korban kekuasaan.

Itu kan karena para penguasanya yang korup, bukan karena sistemnya yang salah!

Kalau memang sistemnya tidak salah, kenapa sistem itu tidak bisa mencegah penguasa melakukan korupsi?

Korupsi itu kan soal moral manusianya yang bejat, bukan soal sistem pemerintahannya!

Tidak juga. Tidak benar begitu. Saya selalu ingat kata-kata Nurcholis Madjid yang menegaskan bahwa demokrasi tidak bisa menjamin terpilihnya pemimpin yang baik. Malah dia bilang, kurang-lebih, bila dengan demokrasi yang terpilih jadi pemimpin itu adalah tuyul atau setan gundul, maka kita harus bersedia dipimpin oleh tuyul atau setan gundul.

Hm, ya, ya! Tapi, kalau begitu, lantas penggantinya apa?

(BERSAMBUNG)